Senin, 28 April 2014

Kontribusi Kita = Amanah Mereka


Salaam..
Kontribusi kita = Amanah Mereka. Kalimat barusan boleh saya katakan sebagai persamaan. Suatu persamaan dikatakan sama jika nilai antara ruas kanan dengan ruas kirinya sama. Lalu dalam kegelisahan saya, saya mencoba membuktikan persamaan di atas dengan apa yang terjadi dalam kehidupan saya. 

kontribusi kita = amanah mereka



Kontribusi kita adalah kontribusi bersama. (Secara ya..  kata "Kita" adalah jamak) 

Namun ketika kontribusi kita berubah menjadi kontribusi saya saja, maka namanya bukan lagi kontribusi bersama. Sehingga tidak berlaku lagi persamaan kontribusi kita = amanah mereka.


Begitu juga dengan yang namanya keputusan bersama. Keputusan bersama dikerjakan secara bersama-sama, dimana setiap individu yang ikut andil dalam mengambil keputusan memiliki tanggung jawab untuk menjalankan keputusan tersebut. Namun ketika keputusan bersama hanya dikerjakan oleh saya saja maka bukan lagi keputusan bersama, melainkan menjadi keputusan saya. Yang namanya keputusan saya, ya terserah saya lah mau memutuskan apa, lha wong saya sendiri yang menjalankan. Iya nggak?

Silakan mencela, setelah itu coba direnungkan "Apa ya kontribusiku?"   ^_^

Bisa mencela, bisa kecewa, saya juga kecewa, mungkin lebih kecewa, tapi saya tahan ya..
Begini kronologinya: Seseorang menyodorkan proposal ==> Proposal saya baca ==> Saya setujui ==> Yak! Oke dijalankan ==> Di tengah perjalanan, orang yang menyodorkan proposal mengingkari perjanjian ==> Saya jadi korban perasaan :v

Wuah apa-apaan ini? Sejenak saya mengingat tugas-tugas kuliah dan yang lainnya, saya tidak bisa menjalankannya sendiri. Kita bisa mengerjakannya bersama-sama, tapi klo cuma sendirian "ra kuat cah.." Lalu saya terpaksa membatalkan keputusan saya yang tadinya menyetujui proposal tersebut. Dan ternyata keputusan saya yang baru tersebut membuat beberapa penonton kecewa. Udah cuma nonton, nggak bayar, banyak komentar lagi. Ya maafkan saya wahai penonton yang budiman.

Untuk menghindari terjadinya kembali masalah ini, saya lebih suka menghindari undangan-undangan rapat yang bisa menyeret saya untuk menjadi korban perasaan. Salah satu contohnya adalah undangan ini:


Maaf banget saya tidak bisa datang, daripada jadi PHP iya kan..
Daripada mengumpulkan amanah, namun amanah yang lama tidak kunjung terselesaikan. Iya kan..
Daripada datang tapi, banyak tapi-tapinya. Iya kan.. #piss

Ilustrasi Gambar yang paling atas dari akun facebooknya Fajrul Islamy #piyeJrull



Tags :